Manfaat Menyendiri




Uzlah adalah tindakan seseorang untuk menyendiri dari keramaian demi mendekatkan diri kepada Allah. Dahulu, sebelum menerima wahyu, Rasulullah sering beruzlah ke Gua Hira demi merenungi kehidupan masyarakat Makkah di jaman Jahiliyah. Rasuullah mengajarkan pentingnya bagi seseorang untuk keuar dari cangkang jika ingin mengetahui sebuah permasalahan sosial.
Ketika kita berada di dalam masyarakat, begaul dengan tetangga, kadang kita terkondisikan untuk memaklumi hal-hal yang salah sekaligus menepikan hal-hal yang benar. Hati kecil kita mungkin bertolak belakang dengan keadaan  masyarakat. Namun, saat tubuh dan jiwa ini membaur dengan kebanyakan orang, hati kecil itu tidak berkutik. Hampir semua orang   yang berkelompok, akan mengikuti kebiasaan kelompok trsebut. Kalau tidak, ia akan dikucilkan atau dianggap asing. Bahkan, meski tindakan kelompok itu jelas-jelas salah. Seorang pemuda yang berada dalam lingkungan masyarakat yang hobi berjudi dan minum minuman keras, akan lebih mudah teseret ke dalam dunia hitam. Dalam Islam, yang dipentingkan adalah upaya menegakkan kebenaran sejak lahir hingga meninggal, dari bangun tidur hingga mata terpejam kembali. Lalu, bagaimana cara menganalisis keadaan masyarakat di sekitar kita?

Mengasingkan diri atau beruzlah adalah cara paling tepat. Ketika berada di keheningan, kita mampu berpikir lebih jernih. Tidak ada yang akan mengintervensi pikiran kita. Kalau di masyarakat kita takut dijauhi si A dan si B, ketika beruzlah, ketakutan itu akan lenyap. Nah, saat beruzlah kita akan merekam kembali apa saja yang sudah terjadi di lingkungan sekitar. Sudah benarkah kehidupan bermasyarakatnya? Sudah sesuaikah cara hidup kita dengan dan tetangga dengan norma-nrma kehidupan Islam? Masihkah kita terbiasa menggunjingkan tetangga, berutang, atau berbuat yang hal yang tidak menyenangkan? Masihkah pula kita sibuk merecoki hubungan orang lain di masyarakat? Pertanyaan demi pettanyaan inilah yang sering muncul ketika beruzlah, sekaligus mendaptkan solusinya.
Prenungan demi perenungan kitika beruzlah, akan membantu kita untuk lebih memahami keadaan. Dengan pikiran bersih, kita akan menyadari untuk apa selama ini terjerat dalam prinsip buta masyarakat, untuk apa mengikut jejak yang menyimpang, dan untuk apa kita rela kehilangan nilai-nilai keislaman hanya demi dianggap tidak aneh oleh orang lain. Jiwa kita yang lebih condong kepada kehidupan duniawi, ahirnya mampu dikendalikan. Jiwa akan menyadari bahwa ternyata selama ia lalai pada tugas utamanya. Di masyarakat kita terbiasa mempertaruhkan hidup demi uang dan kebahagiaan duniawi. Namun, kala menyendiri, kita akan menyadari bahwa semua yang kita pertaruhkan itu sejatinya sia-sia. Tugas kita yang utama dan satu-satunya hanyalah beribadah dan senantiasa beribadah kepada-Nya.

Referensi: Fitra Firdaus Aden. 2012. Mutiara Pilihan Kitab Al-Hikam Ibnu Athaillah As-Sakandary. Yogyakarta: Citra Risalah.
Anak Asuh Yayasan Kemaslahatan Umat Yogyakarta
Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Salatiga
Semester 4
Bagus Setyo Nugroho


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adab Ketika Menerima Tamu

Haramnya Serakah Dalam Beribadah