ANJURAN SILATURAHMI




Silaturahmi berasal dari bahasa Arab, shilah dan rahim. Kata shilah berarti menghimpun dan menyambung. Sedangkan kata rahim secara bahasa mempunyai beberapa arti yakni, kerabat dekat, kasih sayang, atau pun peranakan. Dan dapat disimpulkan dari pemakaian kata silaturrahmi tidak hanya ditujukan untuk sesama mereka yang mempunyai hubungan nasab, tetapi meliputi sesama muslim.
Silaturahmi merupakan akhlak mulia yang sangat dianjurkan dalam islam. Islam juga mengancam seseorang yang suka memutus tali silaturahmi. Para salafus saleh kita dulu selalu berusaha membiasakan silaturahmi. Padahal media komunikasi dan transportasi saat itu sangat sulit. Adapun pada zaman ini, dimana media komunikasi dan transportasi sangat canggih dan sudah tersedia, namun kita justru terkadang  enggan untuk bersilaturahmi.
Ironisnya, terkadang kita bepergian jauh ke tempat tertentu hanya sekedar untuk berwisata saja dan tidak pernah terpikir untuk mengunjungi sanak saudara sendiri. Singkatnya silaturahmi saat ini menjadi suatu pekerjaan yang sulit untuk dikerjakan.
Masa Nabi merupakan contoh terbaik pelaksanaan praktek silaturahmi. Sehingga menjadi rujukan bagi generasi setelahnya. Hal ini logis karena pelaksanaan ajaran islam pada saat itu  langsung dibawah bimbingan Nabi dan Nabi dibimbing Allah melalui wahyu Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya.
Diantara upaya yang dilakukan Nabi dalam mensosialisasikan silaturahmi dikalangan sahabat  yakni:
1.      Anjuran Nabi untuk saling mengunjungi sesama muslim. Hal ini dilakukan kepada orang dikenal maupun yang tidak dikenal. Melalui kunjungan tersebut, tercipta hubungan kasih sayang dan persaudaraan yang erat antar sesama.
2.      Memberikan sesuatu pemberian yang tulus (hadiah) kepada sesama muslim.
Sesuai sabda Rasulullah: “tidak beriman seorang muslim hingga ia mencintai saudaranya seagaimana ia mencintai dirinya sendiri”. (H.R Muslim)
Hadits ini mengisyaratkan bahwa iman seseorang dipandang sempurna manakala memiliki kecintaan terhadap saudaranya sesama muslim seperti ia mencintai dirinya sendiri. Mampu memposisikkan saudaranya seperti dirinya.
3.      Sikap saling memaafkan sesama muslim. Termasuk terhadap ahli maksiat atau dan non muslim yang berbuat salah. Sikap ini dicontohkan oleh nabi bersama sahabatnya yang pernah diusir dari Makkah, karena perlakuan kasar orang kafir Makkah tetapi saat penaklukan Makkah dimana mereka memiliki kekuatan untuk membalas siksaan dan penderitaan yang pernah dialami, mereka tidak melakukannya. Sikap memaafkan ini muncul dari iman yang mereka miliki dan ditunjukkan untuk membina silaturahmi antara mreka dengan penduduk Makkah. Sikap memaafkan sangat ditekankan dalam Al-Quran, diantaranya dapat diamati dalam firman Allah.
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.” (Q.S Al-A’raf: 199).
Adapun bentuk lain dari silaturahmi yakni diwujudkan dalam bentuk mendoakan sesama muslim agar diberikan Allah kebaikan dan keselamatan dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Dalam cakupan yang lebih luas, wujud silaturahmi dapat diperlihatkan dengan menampilkan wajah yang berseri-seri sebagai wujud rasa gembira dan senang ketika bertemu dengan sesama muslim, meskipun satu sama lain belum saling mengenali.
Memelihara silaturahmi sesama muslim mempunyai manfat yang besar, baik di dunia maupun diakherat kelak. Rasulullah Saw bersabda:

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Artinya: “ Barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah dia menyambungkan silaturahmi”. (H.R Bukhari)
            Maksud dari bertambahnya umur seseorang disini merupakan makna kiasan (kinayah) dari usia yang diberi berkah oleh Allah sehingga orang yang bersangkutan mendapat taufik untuk menjalankan ketaatan kepadanya dan mampu menggunakan setiap detik kehidupan untuk hal yang bermanfaat. Meskipun orang tersebut sudah meninggal tapi tetap dikenang oleh orang-orang sekitar karena menyambung silaturahmi. Seolah-olah orang tersebut masih hidup di dunia ini. Dalam ilmu Allah, umur seseorang sudah ada ketetapan pasti. Umur seseorang sudah ditentukan sebelum terlahir di dunia, ketika roh telah ditiupkan ketika berusia 4 bulan di kandungan.
            Manfaat lain dari silaturahmi membuat si pelaku dicintai keluarganya, termasuk muslim lain. Ini merupakan konsekuensi logis, mengingat silaturahmi termasuk upaya menyenangkan hati orang. Dia mendapat dampak positif timbal balik.
            Orang yang selalu memelihara silaturahmi mendapat ganjaran pahala dari Allah sebagai tabungannya diakhirat kelak atas perbuatan baiknya. Sebaliknya, Nabi mengancam orang yang memutuskan silaturahmi dengan ancaman keras.

            Akan dilapangkan rizkinya bagi si pelaku. Ini logis mengingat orang yang memelihara silaturahmi  memiliki saudara dan teman yang banyak serta jaringan komunikasi yang lancar sehingga memudahkan untuk mencari rizki.
            Tidak akan masuk surga bagi orang yang suka memutus tali silaturahmi mengingat silaturahmi adalah amalan yang mudah dijalankan dan banyak manfaatnya.


Referensi : Hadist Rasulullah SAW
Ibrahim, Muhammad. 2004. Misteri Panjang Umur. Jakarta:Qisthi Press

 Penulis
Anak Asuh Yayasan Kemaslahatan Umat Yogyakarta
Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
Semester 2


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adab Ketika Menerima Tamu

Manfaat Menyendiri

Haramnya Serakah Dalam Beribadah